VIVAnews
- Raksasa teknologi digital, Google, tengah gencar mengkampanyekan
produk teranyar, yaitu kacamata pintar bernama Google Glass. Kacamata
pintar berfitur Internet dan kamera itu muncul saat publik tengah
gandrung dengan produk-produk elektronik yang praktis, yang bisa mereka
gunakan kapan saja.
Seorang dari tim pencipta Google Glass, Babak Parviz, mengungkapkan alasan kenapa perusahaannya mau bersusah payah mengembangkan perangkat wearable itu. Seperti dilansir Venturebeat, Selasa 27 Agustus 2013, Parvis mengungkapkan Google Glass diciptakan untuk menjadi platform besar komunikasi dan komputasi di masa mendatang.
Dia berbagi pengalaman sudah saat pertama kali mengembangkan prototipe Google Glass. Prototipe pertama tidak begitu memuaskan. Problemnya yakni soal bobot perangkat. Saat itu Google Glass memerlukan bobot sampai 3.350 gram sampai 7,4 pon. Padahal untuk smartphone saja bobotnya hanya 135 gram.
"Kenyamanan sangat penting, karena kami ingin orang memakai Google Glass sepanjang hari," jelas Parviz di hadapan konferensi insinyur Hot Chips di Universitas Stanford.
Dia melanjutkan Google Glass menawarkan pengalaman komunikasi yang lebih maju dibandingkan perangkat mobile lain. Misalnya Google Glass memungkinkan untuk transfer data melalui Bluetooth dan WiFi dalam keadaan dipakai. Misinya yakni bagaimana memberikan informasi yang cepat kepada pengguna.
"Seperti halnya saya berbicara dengan Anda, maka secepat itu saya bisa mengakses komputer," kata dia. Soal kecepatan akses, Google Glass diklaim lebih sigap dibandingkan menekan tombol pada smartphone. Google Glass menjalankan perintah hanya dengan sentuhan dan perintah suara.
Seorang dari tim pencipta Google Glass, Babak Parviz, mengungkapkan alasan kenapa perusahaannya mau bersusah payah mengembangkan perangkat wearable itu. Seperti dilansir Venturebeat, Selasa 27 Agustus 2013, Parvis mengungkapkan Google Glass diciptakan untuk menjadi platform besar komunikasi dan komputasi di masa mendatang.
Dia berbagi pengalaman sudah saat pertama kali mengembangkan prototipe Google Glass. Prototipe pertama tidak begitu memuaskan. Problemnya yakni soal bobot perangkat. Saat itu Google Glass memerlukan bobot sampai 3.350 gram sampai 7,4 pon. Padahal untuk smartphone saja bobotnya hanya 135 gram.
"Kenyamanan sangat penting, karena kami ingin orang memakai Google Glass sepanjang hari," jelas Parviz di hadapan konferensi insinyur Hot Chips di Universitas Stanford.
Dia melanjutkan Google Glass menawarkan pengalaman komunikasi yang lebih maju dibandingkan perangkat mobile lain. Misalnya Google Glass memungkinkan untuk transfer data melalui Bluetooth dan WiFi dalam keadaan dipakai. Misinya yakni bagaimana memberikan informasi yang cepat kepada pengguna.
"Seperti halnya saya berbicara dengan Anda, maka secepat itu saya bisa mengakses komputer," kata dia. Soal kecepatan akses, Google Glass diklaim lebih sigap dibandingkan menekan tombol pada smartphone. Google Glass menjalankan perintah hanya dengan sentuhan dan perintah suara.
Layar Dekat
Keunggulan lain, Google
Glass memberikan pengalaman yang mendalam soal kedekatan layar, hanya di
depan mata. Kondisi itu membuat pengguna lebih ‘tenggelam’ dalam
lingkungan komputasi. Google Glass juga menyesuaikan perkembangan
teknologi resolusi dalam kamera smartphone, yang hari ini mencapai resolusi 16 MP.
"Perangkat ini secara signifikan memperluas basis pengetahuan saya. Itulah kenapa kami menciptakan Google Glass. Jawabannya yaitu hanya sebuah pertanyaan jauh," ujar Parvis puas.
Google Glass dalam waktu dekat akan dirilis ke sejumlah pihak, guna melihat sejauh mana pengalaman komputasi berjalan. Terkait dengan inovasi selanjutnya dari pengembangan Google Glass, Parvis menginginkan teknologi pada Google Glass bisa tidak tampak.
Maksudnya, agar membuat pengguna tidak merasa terganggu. Dia merujuk pada pengembangan sistem sensor gerak tubuh, Kinect yang dibesut Microsoft.
Untuk mencapai ke sana, Parvis mengakui butuh kemajuan teknologi di tingkat optik, foto, pengalihan energi, daya komputasi sampai desain daya yang sangat rendah. Kebutuhan itu untuk menekan panas perangkat sehingga memaksimalkan penggunaaan.
"Perangkat ini secara signifikan memperluas basis pengetahuan saya. Itulah kenapa kami menciptakan Google Glass. Jawabannya yaitu hanya sebuah pertanyaan jauh," ujar Parvis puas.
Google Glass dalam waktu dekat akan dirilis ke sejumlah pihak, guna melihat sejauh mana pengalaman komputasi berjalan. Terkait dengan inovasi selanjutnya dari pengembangan Google Glass, Parvis menginginkan teknologi pada Google Glass bisa tidak tampak.
Maksudnya, agar membuat pengguna tidak merasa terganggu. Dia merujuk pada pengembangan sistem sensor gerak tubuh, Kinect yang dibesut Microsoft.
Untuk mencapai ke sana, Parvis mengakui butuh kemajuan teknologi di tingkat optik, foto, pengalihan energi, daya komputasi sampai desain daya yang sangat rendah. Kebutuhan itu untuk menekan panas perangkat sehingga memaksimalkan penggunaaan.
sumber : http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/439483-kacamata-pintar-google-disiapkan-jadi-tren-baru-di-pasar-gadget
Tanggapan :
Penggabungan teknologi atara mobile dan komputer menjadikan google glass satu langkah lebih maju dikarenakan google glass kecepatan dan ketanggapan. Google glass pun mampu mengakses komputer hanya dengan kecepatan suara. penggabungan teknologi pun dilakukan google glass agar menyempurnakan teknologi yang terbaru, inofatif dan diminati banyak masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar